Penggunaan kecerdasan buatan (AI) semakin meluas, terutama di sektor pendidikan. Hal ini memicu kekhawatiran para ahli mengenai dampaknya terhadap perkembangan kognitif siswa. Sebuah studi terbaru dari MIT Media Lab, Wellesley College, dan Massachusetts College of Art and Design mengungkap potensi efek negatif penggunaan large language model (LLM) seperti ChatGPT pada kemampuan kognitif pelajar.
Studi yang diberi judul ‘Your Brain on ChatGPT’ ini telah diterbitkan pada 10 Juni 2025, meskipun belum melalui peer review. Namun, temuannya dinilai penting untuk dibagikan mengingat adopsi AI yang begitu cepat di dunia pendidikan.
Dampak ChatGPT terhadap Kinerja Kognitif
Studi ini melibatkan 54 partisipan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Mereka diminta menulis esai untuk ujian masuk perguruan tinggi di Amerika Serikat (SAT).
Kelompok pertama menggunakan ChatGPT sebagai alat bantu penulisan, kelompok kedua menggunakan Google Search, dan kelompok ketiga menulis tanpa bantuan teknologi apa pun. Pada sesi keempat, kelompok pertama diminta menulis tanpa ChatGPT, sementara kelompok ketiga diizinkan menggunakannya.
Metode Penelitian dan Temuan Utama
Aktivitas otak partisipan diukur menggunakan electroencephalography (EEG) selama proses penulisan. Esai-esai kemudian dianalisis menggunakan Natural Language Processing (NLP) dan dinilai oleh AI serta penilai manusia.
Hasil studi menunjukkan penurunan signifikan pada ‘konektivitas pita alfa’ pada kelompok yang menggunakan ChatGPT. Konektivitas pita alfa ini berkaitan dengan kemampuan kognitif seperti memori dan pemrosesan bahasa.
Temuan mengejutkan lainnya adalah kesulitan yang dialami 83% partisipan dari kelompok ChatGPT dalam mengutip esai yang mereka tulis sendiri. Banyak esai mereka di sesi ketiga ditemukan menjiplak langsung dari ChatGPT dengan sedikit atau tanpa editan.
Kekhawatiran dan Implikasi bagi Pendidikan
Penulis utama studi, Nataliya Kosmyna, khawatir tentang rencana integrasi AI seperti ChatGPT ke dalam kurikulum pendidikan usia dini. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa penggunaan AI secara dini dapat berdampak buruk bagi perkembangan kognitif anak-anak.
Kekhawatiran ini muncul seiring dengan perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat yang mendorong literasi dan kemahiran AI bagi siswa dari taman kanak-kanak hingga SMA. Kosmyna menekankan perlunya penelitian lebih lanjut dan pertimbangan yang matang sebelum mengimplementasikan AI secara luas di sektor pendidikan.
Studi ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada LLM seperti ChatGPT untuk penulisan esai dapat berdampak negatif pada kemampuan kognitif, khususnya memori dan kemampuan memproses informasi secara mandiri. Kemampuan mengingat yang buruk dan kutipan yang salah menunjukkan bahwa proses penulisan esai kurang melibatkan kemampuan berpikir kritis dan pemahaman mendalam.
Kesimpulannya, studi ini menyoroti perlunya pendekatan yang hati-hati dan terukur dalam mengintegrasikan AI ke dalam sistem pendidikan. Meskipun teknologi AI menawarkan berbagai potensi, dampaknya terhadap perkembangan kognitif siswa perlu dikaji secara mendalam sebelum implementasi besar-besaran dilakukan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami implikasi jangka panjang penggunaan AI pada berbagai tingkatan pendidikan dan mengembangkan strategi yang efektif untuk memaksimalkan manfaatnya sambil meminimalkan risikonya. Penting untuk menyeimbangkan pemanfaatan teknologi dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa secara mandiri.