Militer Israel mencegat kapal bantuan kemanusiaan Madleen pada Minggu, 8 Juni 2025, di perairan internasional. Kapal tersebut menuju Gaza membawa bantuan penting dan sejumlah aktivis ternama, termasuk Greta Thunberg, Liam Cunningham, dan Rima Hassan.
Madleen, bagian dari Freedom Flotilla Coalition (FFC), bertujuan menembus blokade Israel terhadap Gaza. Kapal ini membawa susu formula bayi, makanan, popok, peralatan medis, dan prostetik anak-anak.
Penyergapan di Perairan Internasional dan Tindakan Israel
FFC melaporkan Madleen dicegat oleh angkatan laut Israel. Komunikasi terputus setelah laporan drone Israel menyemprotkan zat kimia misterius ke dek kapal.
Aktivis Yasmin Acar menayangkan siaran langsung, menunjukkan zat tersebut dan mengeluh iritasi mata. FFC menyatakan di Telegram bahwa para relawan telah “diculik” oleh pasukan Israel.
Foto kru kapal yang tangannya terangkat sambil mengenakan jaket pelampung beredar luas. Pelapor Khusus PBB, Francesca Albanese, mengkonfirmasi tidak ada korban luka selama penyergapan.
Thiago Avila, aktivis Brasil, merekam video darurat sebelum penyergapan. Ia menyerukan tekanan internasional dan mendesak pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel.
Israel menyebut misi ini “provokasi media” dan “kapal pesiar swafoto para selebriti.” Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memerintahkan IDF untuk mencegah kapal mencapai Gaza.
Pernyataan tersebut mendapat kecaman dari Profesor Adil Haque dari Rutgers University. Ia menyebut tindakan Israel “merendahkan martabat manusia” dan berpotensi kejahatan perang.
Reaksi Internasional dan Dampak Blokade Gaza
Greta Thunberg mengakui risiko misi tersebut sebelum keberangkatan. Ia menyadari pengalaman sebelumnya dengan armada serupa sering berujung pada kekerasan, bahkan kematian.
Israel membawa kapal dan awaknya ke wilayahnya, berencana mendeportasi mereka. Para pengamat HAM menilai penahanan di perairan internasional melanggar hukum laut.
Madleen berlayar dari Catania, Italia, pada 1 Juni 2025. Gaza telah dikepung Israel selama 17 tahun, memicu krisis kemanusiaan parah.
Krisis tersebut ditandai kelaparan massal, kekurangan obat-obatan, dan pembatasan akses air bersih. Warga sipil sering ditembak saat mengantre bantuan, seperti insiden pekan lalu yang menewaskan 13 orang.
Penyergapan Madleen menunjukkan sikap represif Israel terhadap bantuan kemanusiaan. Penahanan aktivis internasional memperkuat narasi pelanggaran HAM sistematis.
Analisis dan Prospek Ke Depan
Dunia internasional menantikan respons tegas dari PBB dan negara-negara Barat. Kegagalan bertindak akan menjadikan krisis Gaza sebagai tragedi kemanusiaan terbesar abad ini.
Insiden ini menyoroti kompleksitas konflik Israel-Palestina dan kebutuhan mendesak akan solusi damai yang mengakhiri penderitaan warga sipil Gaza. Peran komunitas internasional dalam menekan pelanggaran HAM dan memastikan akses bantuan kemanusiaan menjadi sangat penting.
Keberadaan aktivis internasional seperti Greta Thunberg semakin menyoroti isu ini di panggung global. Tekanan internasional yang konsisten diperlukan untuk mendorong perubahan dan memastikan perlakuan manusiawi bagi warga Gaza.