Menjelang Hari Raya Idul Adha 2025, daya beli masyarakat di Kudus mengalami penurunan. Meskipun stok bahan pokok terjamin dan kenaikan harga masih dalam batas wajar, pasar tradisional terlihat sepi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para pedagang.
Sofia Kistiani, seorang pedagang sembako di Pasar Bitingan Kudus, merasakan dampaknya secara langsung. Ia menyebutkan bahwa kondisi pasar tahun ini jauh lebih sepi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, padahal Idul Adha tinggal beberapa hari lagi. Biasanya, menjelang hari raya, pasar akan ramai dipenuhi pembeli.
Menurut Sofia, melemahnya ekonomi menjadi penyebab utama penurunan daya beli. Meskipun masih ada pembeli, jumlahnya jauh lebih sedikit dari biasanya. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi para pedagang yang berharap dapat meraup keuntungan lebih besar selama momen Idul Adha.
Kenaikan Harga Beberapa Komoditas
Selain penurunan daya beli, Sofia juga mengamati kenaikan harga beberapa komoditas penting. Harga cabai rawit merah misalnya, naik dari Rp40.000 menjadi Rp45.000 per kilogram. Kenaikan harga juga terjadi pada cabai rawit putih dan cabai hijau, keduanya mencapai Rp45.000 per kilogram.
Tomat, telur, dan cabai keriting juga mengalami kenaikan harga, meskipun tidak signifikan, berkisar antara Rp1.000 hingga Rp2.000 per kilogram. Sofia memprediksi kenaikan harga ini akan tetap berlangsung hingga beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha.
Pasokan Bahan Pokok Terjamin
Berbeda dengan pandangan pedagang, Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus, Andi Imam Santosa, memastikan bahwa stok bahan pokok dan gas LPG untuk Idul Adha aman. Pihaknya telah menambah stok gas LPG sebesar 5 persen untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan selama libur Lebaran.
Andi mengakui adanya kenaikan harga bahan pokok di hampir semua pasar tradisional di Kudus. Namun, kenaikan tersebut masih tergolong rendah, di bawah 10 persen dari harga normal. Ia menghubungkan penurunan daya beli dan aktivitas pasar dengan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil selama dua tahun terakhir.
Analisis Lebih Dalam Mengenai Penurunan Daya Beli
Penurunan daya beli masyarakat di Kudus menjelang Idul Adha 2025 perlu dianalisis lebih lanjut. Beberapa faktor selain kondisi ekonomi makro mungkin turut berperan, seperti perubahan pola konsumsi masyarakat, adanya alternatif belanja online, serta inflasi yang secara umum masih terjadi di Indonesia.
Pemerintah daerah perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk mendukung daya beli masyarakat. Program bantuan sosial yang tepat sasaran, upaya pengendalian inflasi, serta peningkatan akses pasar bagi UMKM dapat menjadi solusi jangka pendek. Solusi jangka panjang tentu memerlukan pemulihan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Solusi untuk Pedagang
Bagi para pedagang di pasar tradisional, strategi adaptasi sangat penting dalam menghadapi situasi ini. Diversifikasi produk, peningkatan kualitas layanan, dan pemanfaatan platform digital untuk pemasaran bisa menjadi pilihan. Kerjasama antar pedagang juga penting untuk menciptakan daya saing yang lebih kuat.
Pemerintah juga perlu memfasilitasi pelatihan dan pendampingan bagi pedagang, sehingga mereka dapat lebih siap menghadapi tantangan ekonomi dan perubahan perilaku konsumen. Dengan demikian, pasar tradisional dapat tetap eksis dan menjadi penopang perekonomian masyarakat Kudus.
Dampak Sosial Ekonomi
Penurunan daya beli tidak hanya berdampak pada pedagang, tetapi juga berdampak luas pada perekonomian masyarakat Kudus secara keseluruhan. Pengurangan pendapatan pedagang dapat berdampak pada pendapatan keluarga mereka dan kemungkinan akan mengurangi aktivitas ekonomi lainnya di wilayah tersebut.
Oleh karena itu, perhatian dan penanganan yang komprehensif sangat diperlukan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat itu sendiri. Semua pihak perlu bahu membahu untuk menghadapi tantangan ini dan menciptakan solusi yang berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat Kudus.
Kesimpulan
Situasi pasar tradisional di Kudus menjelang Idul Adha 2025 menggambarkan tantangan ekonomi yang masih dihadapi masyarakat. Penurunan daya beli di tengah kenaikan harga beberapa komoditas, membutuhkan respon cepat dan terukur dari berbagai pihak. Solusi jangka pendek dan panjang perlu diterapkan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah, pedagang, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah ini. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan kondisi ekonomi di Kudus dapat segera pulih dan pasar tradisional dapat tetap menjadi pusat perekonomian yang vital bagi masyarakat.