Iwan di Kwitang: Menjaga Napas Buku Lawan Sepi dan Zaman

Playmaker

Di sebuah kios kecil di Jalan Kwitang Raya No 5, Jakarta Pusat, terdapat Toko Buku Restu. Meskipun lokasinya strategis, kios ini kini jauh lebih sepi dibandingkan masa jayanya.

Di dalam kios tersebut, berbagai buku tua dan baru memenuhi rak-rak kayu yang mulai lapuk. Koleksinya beragam, mulai dari buku anak-anak hingga karya sastra terlarang di masa Orde Baru. Buku-buku ini seakan menunggu kehadiran pembaca yang kini semakin jarang.

Iwan, seorang pria berusia 60 tahun, adalah penjaga Toko Buku Restu sejak tahun 1989. Ia memulai usahanya sejak usia 19 tahun, berjualan di kaki lima sebelum akhirnya menyewa kios tersebut.

Kwitang: Surga Buku yang Memudar

Dahulu, Kwitang dikenal sebagai “surga buku” di Jakarta. Namun, seiring berjalannya waktu, pesona Kwitang sebagai pusat buku mulai memudar. Munculnya toko buku online dan platform digital seperti e-book dan chatbot kecerdasan buatan telah memberikan dampak signifikan terhadap bisnis buku fisik.

Toko Buku Restu pun merasakan dampaknya. Penjualan buku Iwan menurun drastis, terutama sejak pandemi Covid-19. Orang lebih memilih membeli buku secara online karena dianggap lebih murah dan praktis.

Tantangan Zaman dan Ketahanan Iwan

Iwan menyadari perubahan zaman ini. Banyak pedagang buku lainnya beralih ke media sosial untuk memasarkan produknya. Namun, di usia 60 tahun, Iwan merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan teknologi yang berkembang sangat cepat. Ia lebih memilih bertahan dengan cara tradisionalnya.

Perjuangan Iwan tak hanya soal ekonomi. Ia menyimpan kenangan pahit saat menjadi penjual buku di masa Orde Baru. Pada masa itu, penjualan buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, Karl Marx, dan So Hok Gie dilarang. Iwan bahkan pernah mengalami penyitaan buku dan intimidasi.

Meskipun demikian, semangat Iwan tak pernah padam. Ia tetap menjual buku-buku yang pernah dianggap terlarang, yakin bahwa pengetahuan tidak boleh dibungkam. Kini, tantangannya bukan lagi dari aparat, melainkan dari menurunnya minat baca generasi muda.

Minat Baca yang Menurun

Iwan mengamati minat baca mahasiswa menurun drastis, mencapai 80% dibandingkan masa lalu. Generasi muda lebih cenderung menggunakan teknologi seperti ChatGPT untuk mencari informasi. Padahal, menurut Iwan, membaca buku memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Toko Buku Restu tetap bertahan. Kios kecil ini menjadi saksi bisu sejarah panjang budaya baca di Jakarta. Lokasi ini bahkan pernah menjadi lokasi syuting film Ada Apa Dengan Cinta?, menambah nilai nostalgia tersendiri.

Meskipun penjualan sepi, Iwan tetap menyediakan berbagai macam buku, dari buku anak-anak, pendidikan, hingga sastra. Ia tetap berharap ada yang datang dan mencintai buku fisik seperti dulu.

Harapan untuk Masa Depan

Toko Buku Restu merupakan representasi dari generasi yang menjaga api literasi. Meskipun teknologi semakin maju, Iwan berharap minat baca generasi muda akan kembali meningkat. Buku tetap memiliki daya tarik tersendiri yang tak bisa digantikan oleh teknologi sepenuhnya.

Kisah Iwan mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan budaya baca. Bukan hanya sekadar membaca, tetapi juga menghargai proses dan sejarah di balik setiap halaman buku. Semoga Toko Buku Restu tetap bertahan dan terus menjadi tempat bertemunya buku dan pembacanya.

Informasi Tambahan: Toko Buku Kwitang Lainnya

Selain Toko Buku Restu, di Kwitang masih terdapat beberapa toko buku lain yang bertahan. Beberapa toko bahkan sudah beradaptasi dengan zaman dengan membuka toko online dan memanfaatkan media sosial. Namun, banyak juga toko yang masih mempertahankan cara penjualan tradisional, menghadapi tantangan yang sama seperti Iwan.

Pemerintah juga diharapkan berperan aktif dalam mendorong minat baca masyarakat. Program-program literasi dan dukungan terhadap toko buku tradisional perlu ditingkatkan agar budaya baca di Indonesia tetap lestari. Salah satu caranya bisa melalui program subsidi atau pelatihan digital marketing bagi para pemilik toko buku kecil.

Kesimpulan: Lebih dari Sekedar Bisnis

Kisah Iwan dan Toko Buku Restu di Kwitang bukan hanya sekedar cerita tentang bisnis yang mengalami kesulitan. Ini adalah kisah tentang ketahanan, kecintaan terhadap buku, dan perjuangan untuk menjaga api literasi tetap menyala di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat. Harapannya, kisah ini akan menginspirasi generasi muda untuk lebih mencintai buku dan budaya baca.

Toko Buku Restu juga menjadi bagian dari sejarah Jakarta dan menyimpan banyak kenangan berharga. Semoga toko-toko buku serupa dapat terus bertahan dan mendapatkan dukungan yang cukup untuk tetap menawarkan kekayaan pengetahuan kepada masyarakat.

  • Perlunya pemerintah dan pihak swasta mendukung usaha toko buku tradisional melalui pelatihan, akses teknologi, dan program pemasaran.
  • Pentingnya kampanye literasi untuk meningkatkan minat baca generasi muda agar mereka tetap menghargai buku fisik.
  • Menjaga kelestarian toko buku tradisional sebagai bagian dari warisan budaya dan sejarah suatu daerah.
  • Popular Post

    Berita

    Kesepakatan Dagang AS-Tiongkok: Detail Perjanjian dan Strategi Implementasinya

    Presiden Donald Trump menyatakan kepuasannya atas kesepakatan dagang baru antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Ia menyebutnya sebagai “kesepakatan hebat” ...

    Eksbis

    Ekosistem Logistik Haji: Pilar Penguatan Ekonomi Umat Indonesia

    Indonesia perlu membangun ekosistem logistik pangan berbasis produk dalam negeri untuk mendukung penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini disampaikan oleh Anggota ...

    Gaya Hidup

    Rahasia Memilih Merpati Balap Juara: 7 Tips Jitu & Prospek Cerah

    Burung merpati, khususnya merpati balap, telah menjadi hobi populer di Indonesia. Kepopulerannya didukung oleh adanya berbagai lomba adu kecepatan yang ...

    Olahraga

    Jejak Jude Bellingham Dilanjutkan: Jobe Bellingham Bersinar di Dortmund

    Jobe Bellingham, adik dari bintang Real Madrid Jude Bellingham, resmi bergabung dengan Borussia Dortmund. Ia mengikuti jejak sang kakak dengan ...

    Eksbis

    Pisang dan Singkong: UMKM Naik Kelas Lewat Diversifikasi Produk Kreatif

    Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang memiliki potensi ekonomi lokal yang besar, terutama dari sektor pertanian. Wilayah ini terkenal dengan ...

    Berita

    Koalisi Ojol Nasional Tolak Konvensi ILO: Empat Petisi Ditetapkan

    Sidang Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) di Jenewa menghasilkan sebuah konvensi yang menetapkan pekerja online sebagai pekerja dengan hak-hak yang melekat. ...