Tragedi kematian Sana Yousaf, seorang TikToker muda berusia 17 tahun asal Pakistan, mengguncang jagat maya dan menyoroti masalah serius kekerasan terhadap perempuan di negara tersebut. Kejadian ini bukan sekadar pembunuhan, melainkan simbol kegagalan sistemik dalam melindungi perempuan yang berani tampil dan bersuara di ruang publik.
Sana, dengan lebih dari 1,1 juta pengikut di TikTok, dikenal karena video lip sync dan konten ceria bersama teman-temannya. Unggahan terakhirnya adalah perayaan ulang tahunnya. Ironisnya, beberapa hari kemudian, ia ditemukan tewas di rumahnya di Islamabad dengan dua luka tembak di dada.
Kronologi kejadian, menurut laporan polisi dari ibunya, Farzana Yousaf, bermula sekitar pukul 17.00 waktu setempat pada Senin, 2 Juni 2025. Seorang pria pengangguran berusia 22 tahun dari Faisalabad, yang telah mengenal Sana selama setahun, menjadi pelaku pembunuhan.
Motif Pembunuhan dan Penangkapan Pelaku
Pelaku diketahui telah mencoba mengunjungi Sana di Islamabad pada 28-29 Mei untuk merayakan ulang tahunnya, namun gagal. Mereka kemudian berkomunikasi lewat telepon dan sepakat bertemu pada 2 Juni. Namun, saat tiba di rumah Sana, pelaku tak disambut dan malah memaksa masuk. Pertengkaran pun terjadi, berujung pada penembakan Sana.
Pelaku mencoba melarikan diri sambil membawa ponsel Sana untuk menghilangkan jejak. Namun, polisi Islamabad berhasil menangkapnya hanya dalam waktu 20 jam. Senjata pembunuh dan ponsel Sana berhasil disita sebagai bukti penting.
Kekerasan Terhadap Perempuan di Pakistan: Masalah Sistemik
Kematian Sana bukan kasus terisolasi. Ini merupakan bagian dari masalah sistemik kekerasan terhadap perempuan di Pakistan, khususnya mereka yang aktif di media sosial. Banyak perempuan menghadapi risiko kekerasan hanya karena berani tampil dan bersuara. Aurat March, sebuah kelompok advokasi perempuan, menyatakan bahwa Sana dibunuh karena pelaku tidak mampu menerima penolakan.
Angka kekerasan terhadap perempuan di Pakistan sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 2024 saja, tercatat 346 perempuan dibunuh atas nama “kehormatan”. Angka ini belum mencakup kasus-kasus seperti Sana, di mana pelaku bukanlah anggota keluarga, tetapi seseorang yang merasa berhak atas cinta dan perhatian korban.
Kasus-kasus Serupa yang Mengguncang Publik
Kasus Sana bukan satu-satunya yang menggemparkan publik Pakistan. Beberapa kasus serupa yang menonjol termasuk pembunuhan Hira Anwar (14 tahun) oleh ayahnya sendiri karena dianggap membuat video TikTok “tidak pantas”, Noor Mukadam (27 tahun) yang dipenggal oleh mantan kekasihnya setelah menolak lamaran, dan Qandeel Baloch, ikon media sosial yang dibunuh oleh saudara laki-lakinya karena dianggap mencoreng “kehormatan” keluarga.
Nighat Dad dari Digital Rights Foundation menggarisbawahi budaya yang mengajarkan laki-laki merasa berhak atas tubuh dan keputusan perempuan. Penolakan terhadap mereka bukannya menimbulkan kesedihan, melainkan memicu tindakan kekerasan yang berbahaya. Komisi Nasional untuk Status Perempuan (NCSW) menuntut penyelidikan menyeluruh dan mendesak pemerintah serta masyarakat sipil untuk tidak menutup mata atas kasus ini. Mereka menegaskan bahwa kasus Sana tidak akan dibiarkan begitu saja.
Tanggapan Publik dan Aksi Selanjutnya
Kemarahan publik meluas, termasuk dari selebriti terkenal seperti Mahira Khan yang mengekspresikan rasa jijiknya atas kejadian ini melalui Instagram. Kasus Sana menjadi sorotan penting untuk memperjuangkan perubahan sistemik yang melindungi perempuan di Pakistan dari kekerasan. Perlu upaya bersama dari pemerintah, masyarakat sipil, dan individu untuk menciptakan lingkungan yang aman dan setara bagi perempuan.
Meningkatnya kesadaran akan kekerasan berbasis gender dan pentingnya perlindungan perempuan di ruang digital menjadi hal yang krusial. Pendidikan, perubahan sikap, dan penegakan hukum yang efektif sangat diperlukan untuk mencegah tragedi serupa terjadi di masa depan. Sana Yousaf mungkin telah tiada, tetapi perjuangannya untuk keadilan dan kesetaraan harus terus berlanjut.
Informasi Tambahan: Peran Media Sosial dan Kekerasan
Dampak Media Sosial
Kemunculan media sosial telah memberikan platform bagi perempuan untuk mengekspresikan diri dan bersuara. Namun, di sisi lain, hal ini juga telah meningkatkan risiko kekerasan, terutama cyberbullying dan ancaman fisik. Perlu adanya regulasi dan edukasi yang lebih baik mengenai penggunaan media sosial yang bertanggung jawab.
Peran Pemerintah dan Masyarakat Sipil
Pemerintah Pakistan memiliki tanggung jawab utama untuk melindungi warganya, termasuk perempuan. Penegakan hukum yang tegas dan konsisten terhadap pelaku kekerasan serta perlindungan bagi korban sangat diperlukan. Masyarakat sipil juga memegang peran penting dalam mengkampanyekan kesetaraan gender, menghapus stigma, dan memberikan dukungan bagi korban kekerasan.
Perubahan Sikap dan Budaya
Perubahan mendasar dalam sikap dan budaya masyarakat sangat diperlukan. Pendidikan mengenai kesetaraan gender sejak dini harus diprioritaskan untuk menghilangkan persepsi yang merendahkan perempuan dan membenarkan kekerasan atas nama “kehormatan” atau penolakan. Menciptakan budaya saling menghormati dan menghargai adalah kunci untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.
Rekomendasi Aksi Konkret
Kasus Sana Yousaf menjadi pengingat pahit betapa pentingnya perjuangan untuk kesetaraan gender dan perlindungan perempuan dari kekerasan. Semoga tragedi ini menjadi momentum untuk perubahan nyata dan berkelanjutan di Pakistan.