India mengalami peningkatan signifikan kasus COVID-19 pada awal Juni 2025. Data Kementerian Kesehatan India menunjukkan 6.133 kasus aktif, dengan 769 infeksi baru dalam 48 jam.
Angka ini melonjak drastis dari 257 kasus aktif pada akhir Mei. Pemerintah India pun meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah antisipatif.
Lonjakan Kasus di Beberapa Negara Bagian
Kerala kembali menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, diikuti Gujarat, Benggala Barat, dan Delhi. Konsistensi kasus tinggi di Kerala memerlukan evaluasi strategi pengendalian lokal.
Peningkatan mobilitas masyarakat dan penurunan kepatuhan protokol kesehatan diduga menjadi faktor penyebab lonjakan kasus.
Upaya Pemerintah India Menghadapi Lonjakan Kasus
Pemerintah pusat menggelar simulasi kesiapsiagaan nasional untuk menguji kapasitas sistem kesehatan. Simulasi ini fokus pada ketersediaan oksigen medis, ruang isolasi, ventilator, dan obat-obatan esensial.
Instruksi tegas juga diberikan kepada seluruh negara bagian untuk memastikan kesiapan menghadapi potensi lonjakan pasien.
Meskipun kasus aktif meningkat, sebagian besar kasus bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan intensif. Hanya enam kematian tambahan tercatat dalam 24 jam terakhir.
Sejak Januari 2025, India mencatat 65 kematian akibat COVID-19, angka yang relatif rendah dibandingkan periode sebelumnya. Sebagian besar pasien menjalani isolasi mandiri di rumah.
Untuk mengoptimalkan penanganan, pemerintah menggelar pertemuan teknis pada 2 dan 3 Juni 2025. Pertemuan ini dipimpin oleh Dr. Sunita Sharma, Direktur Jenderal Layanan Kesehatan, dan melibatkan berbagai lembaga terkait.
Pertemuan tersebut fokus pada integrasi upaya respons lintas sektor, peningkatan pelaporan, dan analisis data berbasis wilayah. Tujuannya adalah meningkatkan koordinasi dan efektivitas penanganan.
Pengawasan dan Pengujian yang Ditingkatkan
Pemerintah menekankan pentingnya pengawasan Influenza-Like Illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI). Semua pasien rawat inap dengan gejala pernapasan akut wajib menjalani tes COVID-19.
Selain itu, 5 persen kasus ILI juga diwajibkan menjalani pengujian untuk memantau varian virus. Langkah ini penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Semua sampel positif COVID-19 akan menjalani pengurutan genom lengkap melalui jaringan laboratorium ICMR. Ini untuk mengidentifikasi potensi varian baru dan meningkatkan sistem peringatan dini.
Pemerintah juga menekankan pentingnya stok oksigen yang memadai di semua rumah sakit. Distribusi logistik medis, peningkatan produksi dalam negeri, dan kolaborasi dengan sektor swasta menjadi fokus utama.
Beberapa negara bagian juga memperluas kapasitas rumah sakit darurat dan membentuk kembali tim tanggap cepat medis. Belajar dari pengalaman masa lalu, kesiapan infrastruktur medis sangat penting.
WHO mencatat positivity rate India mencapai angka tertinggi sejak 2024. WHO mendesak perluasan sistem pengujian dan penguatan sistem pelaporan untuk data yang akurat dan terkini.
Menteri Kesehatan India mengakui peningkatan kasus ini sebagai tantangan baru bagi sistem kesehatan. Respons cepat dan tepat menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini.
Situasi di India menunjukkan perlunya kesigapan pemerintah dalam menghadapi lonjakan infeksi. Walaupun mayoritas kasus ringan, peningkatan kasus memerlukan pendekatan ilmiah, transparan, dan berbasis data yang kuat. Kolaborasi berbagai lembaga kesehatan nasional, simulasi kesiapsiagaan, dan peningkatan kapasitas medis merupakan kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas sistem kesehatan India.