Di tengah hiruk pikuk kendaraan yang bebas melintas di lorong utama Pasar Baru, Jakarta, Doddy (50), pemilik toko pakaian “New Rose”, menatap hari dengan raut wajah lesu. Selama lebih dari dua dekade, ia telah berjualan di pusat perbelanjaan tertua di Jakarta ini. Namun, sejak pandemi melanda, keramaian yang dulu menjadi nadi Pasar Baru perlahan memudar.
Kehilangan keramaian berdampak besar pada pendapatannya. Bukan hanya penjualan tekstil yang menurun drastis, tetapi juga hilangnya daya tarik lain Pasar Baru. Dulu, Pasar Baru tak hanya menjadi tujuan belanja, tetapi juga menawarkan pengalaman wisata kuliner dan budaya Betawi yang unik. Kini, semua itu telah sirna.
Doddy menggambarkan situasi tersebut dengan nada datar. Ia rindu akan kunjungan wisatawan dari berbagai daerah yang dulu memadati tokonya. Mereka tak hanya membeli barang, tetapi juga menikmati suasana khas Jakarta yang kini telah hilang. Kini, Pasar Baru bagai bayangan kejayaannya sendiri, sepi dan kehilangan pesonanya.
Kemerosotan Pasar Baru: Antara Pandemi dan Persaingan Online
Kondisi yang dialami Doddy juga dialami oleh Diah, seorang karyawan toko jam di Pasar Baru. Ia mengungkapkan penurunan pengunjung hingga 75 persen dalam beberapa tahun terakhir. Kehilangan tenant besar seperti Matahari dan Ramayana semakin memperparah keadaan. Meskipun masih ada pelanggan setia dari luar Jakarta, seperti Bogor dan Bandung, namun hal itu tidak cukup untuk menutupi kerugian yang dialami.
Diah menambahkan, kurangnya inovasi dan peremajaan fasilitas turut berkontribusi terhadap penurunan minat pengunjung. Ia berharap adanya penataan ulang sarana dan prasarana, serta program promosi yang lebih gencar. Kunjungan Wakil Gubernur Rani Karno beberapa waktu lalu diharapkan dapat membawa perubahan nyata bagi Pasar Baru.
Edi Triono, petugas keamanan di kawasan Istana Pasar Baru, menjadi saksi bisu perubahan yang terjadi selama tiga dekade terakhir. Ia mengamati penurunan jumlah tenant secara signifikan, dari sekitar 300 menjadi hanya sekitar 100 tenant yang masih bertahan. Banyak pedagang yang terpaksa gulung tikar atau pindah lokasi.
Hilangnya Daya Tarik Budaya dan Tradisi
Salah satu faktor utama penurunan pengunjung adalah hilangnya daya tarik budaya dan tradisi yang dulunya menjadi ciri khas Pasar Baru. Acara-acara seperti pertunjukan musik dan tarian tradisional Betawi yang rutin diadakan saat HUT Jakarta kini telah berhenti. Hal ini membuat Pasar Baru kehilangan keunikannya dan kurang menarik bagi wisatawan.
Persaingan dengan toko online juga tak dapat diabaikan. Kemudahan dan aksesibilitas belanja online membuat banyak pelanggan beralih ke platform digital. Hal ini semakin memperburuk kondisi para pedagang di Pasar Baru yang sudah terdampak pandemi.
Harapan untuk Kebangkitan Pasar Baru
Meski demikian, semangat para pedagang Pasar Baru belum sepenuhnya padam. Mereka masih menyimpan harapan akan kebangkitan Pasar Baru. Penataan ulang infrastruktur, program promosi yang efektif, serta kembalinya acara-acara budaya diharapkan dapat menarik kembali pengunjung.
Doddy dan pedagang lainnya merindukan kemeriahan Pasar Baru di masa lalu, saat setiap HUT Jakarta diramaikan oleh pertunjukan musik dan tarian tradisional. Mereka percaya bahwa Pasar Baru bukan sedang mati, melainkan hanya tertidur dalam kesunyian. Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih, bukan hanya kunjungan formal, tetapi juga dukungan nyata untuk menghidupkan kembali Pasar Baru.
Analisis Lebih Dalam Mengenai Pasar Baru
Permasalahan Pasar Baru menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi pasar tradisional di era modern. Selain pandemi dan persaingan online, perlu dikaji lebih dalam mengenai faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan daya saing Pasar Baru, seperti kurangnya inovasi dalam produk dan layanan, manajemen yang kurang efektif, dan kurangnya dukungan dari pemerintah daerah.
Studi kasus Pasar Baru dapat menjadi pembelajaran bagi pasar tradisional lainnya di Indonesia. Untuk dapat bertahan dan bersaing, pasar tradisional perlu beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan memperhatikan aspek inovasi, manajemen, dan promosi. Kolaborasi antara pemerintah, pedagang, dan pihak swasta sangat penting untuk mengembangkan pasar tradisional agar tetap relevan dan menarik bagi konsumen.
Solusi Potensial untuk Revitalisasi Pasar Baru
Dengan upaya yang terintegrasi dan berkelanjutan, Pasar Baru dapat dihidupkan kembali dan menjadi ikon perbelanjaan dan wisata budaya yang membanggakan Jakarta.
Editor: Modesta Fiska