Misi pengeboman rahasia Amerika Serikat ke tiga fasilitas nuklir Iran pada tahun 2007 menuntut ketahanan fisik dan mental luar biasa dari para pilot pesawat pengebom B-2. Penerbangan tanpa henti selama 37 jam ini merupakan salah satu serangan udara terpanjang dalam sejarah militer modern. Tujuh pesawat B-2, masing-masing membawa dua awak, berhasil menyelesaikan misi berbahaya ini dan kembali ke Amerika Serikat.
Operasi tersebut melibatkan lebih dari 125 pesawat. Selain tujuh B-2 dari Pangkalan AU Whiteman di Missouri, misi ini juga melibatkan pesawat B-2 lain sebagai pesawat pengalih perhatian, serta jet tempur, pesawat pengintai, dan pesawat tanker pengisian bahan bakar. Skala operasi ini menunjukkan kompleksitas dan perencanaan yang matang dari misi rahasia tersebut.
Misi Ekstrim di Atas Batas Ketahanan Manusia
Melvin G. Deaile, seorang kolonel Angkatan Udara AS yang telah pensiun, memiliki pengalaman berharga dalam misi serupa. Misi pengebomannya selama 44 jam di Afghanistan pada tahun 2001 masih tercatat sebagai penerbangan terpanjang dalam sejarah Angkatan Udara AS.
Pengalaman Deaile memberikan perspektif berharga tentang tantangan yang dihadapi para pilot dalam misi pengeboman berdurasi panjang. Dia berbagi kisah tentang persiapan dan pelaksanaan misi yang menuntut kemampuan fisik dan mental yang luar biasa.
Persiapan dan Pelaksanaan Misi
Pilot-pilot yang terpilih untuk misi ini menjalani pelatihan simulator durasi panjang untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan fisik dan mental selama penerbangan. Awak pesawat ditunjuk, namun mereka tidak mengetahui kapan, atau bahkan apakah operasi tersebut akan benar-benar terjadi.
Untuk membantu mereka beristirahat di hari-hari menjelang misi, para dokter memberikan pil tidur kepada awak pesawat. Penggunaan pil tidur menjadi bagian penting dari strategi manajemen kelelahan selama persiapan.
Deaile mengingat bahwa pada hari misi, ia dan krunya bangun beberapa jam sebelum lepas landas untuk pengarahan terakhir. Setelahnya, mereka terbang ke arah barat, memulai perjalanan panjang yang penuh tantangan.
Tantangan Fisik dan Mental dalam Penerbangan Panjang
Kebijakan saat itu mensyaratkan dua awak untuk selalu berada di kursi pilot pada momen-momen kritis penerbangan, termasuk lepas landas, pengisian bahan bakar, pengeboman, dan pendaratan. Di antara momen-momen tersebut, awak bergantian tidur di tempat tidur kecil yang dimodifikasi di belakang kursi pilot.
Meskipun fasilitas mungkin telah ditingkatkan sejak saat itu, Deaile menggambarkan fasilitas tidur yang terbatas. Ia menjelaskan bahwa awak hanya bisa tidur sekitar tiga atau empat jam di antara sesi pengisian bahan bakar di udara.
Untuk melawan kelelahan dan tetap waspada, awak pesawat mengonsumsi pil perangsang, seperti amfetamin, yang diberikan oleh dokter. Penerbangan yang panjang melintasi beberapa zona waktu juga mengakibatkan perubahan ritme sirkadian, sehingga menambah kompleksitas dalam menjaga kewaspadaan.
Dehidrasi merupakan ancaman serius dalam penerbangan bertekanan tinggi dan berdurasi panjang. Deaile menyebutkan bahwa ia minum sekitar satu botol air setiap jam. Asupan cairan yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan dan performa para pilot.
Toilet di pesawat B-2, meskipun pesawat ini merupakan salah satu pesawat pengebom tercanggih dan termahal, sangat sederhana dan hanya digunakan untuk keadaan darurat. Tidak ada sekat antara toilet dan kursi pilot.
Penerbangan Deaile membawa mereka melintasi Pasifik dan selatan India sebelum berbelok ke utara menuju Afghanistan. Pengisian bahan bakar di udara dilakukan beberapa kali selama misi. Setelah menjatuhkan muatan di atas Afghanistan, mereka menerima perintah untuk melakukan uji coba bom lain, sehingga memperpanjang durasi misi.
Setelah menyelesaikan misi yang awalnya direncanakan lebih pendek, kru mendarat di pangkalan militer Diego Garcia. Mereka diberikan waktu untuk beristirahat dan makan sebelum akhirnya dapat tidur nyenyak. Pengalaman ini menunjukkan betapa ekstrimnya misi tersebut dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pilot.
Kisah misi pengeboman rahasia ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan resiko yang dihadapi oleh para pilot pesawat tempur dalam menjalankan tugas negara. Ketahanan fisik dan mental yang luar biasa, didukung oleh pelatihan dan teknologi canggih, menjadi kunci keberhasilan misi tersebut.