Amerika Serikat melancarkan serangan mendadak terhadap tiga fasilitas nuklir Iran pada Minggu, 22 Juni 2025. Operasi yang diberi nama “Operation Midnight Hammer” ini melibatkan pesawat siluman B-2 dan mencuri perhatian dunia, terutama terkait strategi penerbangannya yang cerdik. Serangan tersebut diklaim oleh Jenderal Dan Caine, Ketua Kepala Staf Gabungan militer AS, sebagai operasi yang rumit dan melibatkan perjalanan udara selama 18 jam sekali jalan. Pentagon menyatakan bahwa operasi ini telah direncanakan bertahun-tahun. Taktik penipuan yang digunakan menjadi kunci keberhasilan operasi ini.
Taktik Pengalihan Perhatian: Pesawat B-2 Menuju Guam
Sebagai bagian dari rencana yang matang, beberapa pesawat B-2 sengaja diarahkan ke barat dari Missouri pada Sabtu, 21 Juni 2025. Hal ini menarik perhatian para pengamat pesawat amatir, pejabat pemerintah, dan media. Tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian dari misi sebenarnya. Penerbangan pesawat B-2 menuju Guam ini menjadi umpan yang efektif. Para pengamat terfokus pada pesawat yang tampak bergerak ke arah Samudra Pasifik.
Penerbangan Rahasia B-2 ke Iran: Peran Flightradar24
Sementara perhatian tertuju pada pesawat B-2 yang menuju Guam, tujuh pesawat B-2 lainnya yang membawa bom penghancur bunker diam-diam terbang ke arah timur. Mereka menjaga komunikasi seminimal mungkin untuk menghindari deteksi. Layanan pelacakan penerbangan global Flightradar24 secara tidak sengaja menjadi bagian penting dalam mengungkap rute penerbangan B-2. Data yang dihimpun Flightradar24 menunjukkan peningkatan aktivitas pesawat tanker AS yang mencurigakan.
Peran Pesawat Tanker dan Aktivitas ADS-B
Pesawat pengisian bahan bakar udara, seperti KC-135 Stratotanker, memainkan peran krusial dalam operasi ini. Sejumlah pesawat tanker berangkat dari Pangkalan Angkatan Udara Altus, Oklahoma, pada 21 Juni 2025. Flightradar24 mencatat peningkatan signifikan dalam jumlah pengguna yang melacak penerbangan pesawat tanker di atas Missouri. Ini terjadi ketika pesawat tanker tersebut berbelok ke barat, mendekati Pangkalan Angkatan Udara Whiteman, markas armada B-2. Setelah itu, aktivitas pesawat tanker antarbenua meningkat drastis. Ini semakin memperkuat spekulasi mengenai keterlibatan B-2 dalam serangan ke Iran. Kemunculan kelompok pesawat tanker di Mediterania dan Azores menunjukkan persiapan yang matang dan terkoordinasi. Pesawat tanker ini telah diposisikan di Lapangan Udara Lajes selama seminggu sebelum operasi. Pesawat siluman B-2 sendiri tidak terdeteksi karena tidak menyiarkan ADS-B atau Mode S, sinyal yang biasanya ditangkap oleh jaringan Flightradar24. Keberhasilan operasi ini membuktikan efektifitas taktik penyamaran dan pengalihan perhatian. Keberhasilan Operasi Midnight Hammer menunjukkan betapa canggihnya teknologi militer AS dan bagaimana strategi intelijen yang cermat dapat memastikan keberhasilan misi yang sangat sensitif. Penggunaan Flightradar24 sebagai alat pelacakan yang tidak disengaja juga menjadi poin menarik dalam peristiwa ini. Meskipun pesawat B-2 tidak terdeteksi, data dari pesawat tanker menunjukkan adanya aktivitas yang mencurigakan, memperkuat hipotesis mengenai serangan tersebut. Peristiwa ini sekaligus menjadi pengingat akan kompleksitas operasi militer modern dan pentingnya kemampuan intelijen dalam mencapai tujuan strategis.