Bahan cepat rusak dan kemasan tidak standar menjadi kendala utama bagi UMKM produk makanan olahan dalam perluasan pasar. Produk olahan daging dan ikan, khususnya, mengalami pemasaran lokal dan masa simpan yang pendek.
Hal ini disebabkan keterbatasan teknologi pengawetan dan pengemasan, serta skala industri rumahan yang umumnya kecil. Berbeda dengan industri pabrikan yang telah menerapkan teknologi modern, seperti metode retort.
Metode Retort: Solusi Pengawetan Modern
Metode retort merupakan teknologi sterilisasi makanan menggunakan suhu dan tekanan tinggi. Proses ini efektif membasmi mikroorganisme penyebab penyakit dan pembusukan, sehingga produk olahan makanan pabrikan awet dan dikemas berkualitas tinggi.
Suhu dan tekanan tinggi dalam mesin retort, berkisar antara 121-131 derajat Celcius, bergantung pada jenis bahan makanan. Proses ini memastikan produk olahan ayam, daging, ikan, dan telur tahan hingga satu tahun tanpa mengurangi nutrisi dan cita rasa.
Penerapan Retort untuk UMKM
Meskipun biasanya digunakan dalam skala besar, teknologi retort kini dapat diakses UMKM. Mesin retort ukuran kecil mampu memproses minimal 75 kemasan berukuran 100 gram. UMKM cukup menyiapkan produk dalam kemasan tertutup (seal bag), lalu dikirim untuk proses retort.
Dengan demikian, UMKM dapat menghasilkan produk makanan olahan dengan masa simpan yang lebih panjang, membuka peluang pasar yang lebih luas, termasuk pasar ekspor. Produk tersebut juga dapat digunakan sebagai suplai pangan darurat bencana atau bekal makanan pekerja di daerah terpencil.
Pelatihan Retort untuk UMKM Semarang
Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (MPM PDM) Kota Semarang berinisiatif menyelenggarakan pelatihan retort bagi UMKM. Pelatihan ini melibatkan sekitar 35 peserta UMKM di Kota Semarang, mencakup produk olahan daging ayam, sapi, ikan, dan berbagai jenis sambal.
Pelatihan yang berkolaborasi dengan Rumah Retort Bersama ini bertujuan untuk memberdayakan UMKM agar dapat meningkatkan kualitas dan daya saing produknya. Dengan masa simpan yang lebih panjang, produk olahan UMKM dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan bahkan menembus pasar ekspor.
Manfaat Retort bagi UMKM
Tantangan dan Peluang UMKM di Masa Depan
Meskipun teknologi retort menawarkan solusi pengawetan modern, UMKM masih dihadapkan pada tantangan lain, seperti akses permodalan, pemasaran digital, dan manajemen produksi yang efektif. Pemerintah dan lembaga terkait perlu memberikan dukungan lebih komprehensif untuk mengatasi hal ini.
Pengembangan teknologi pengawetan yang ramah lingkungan juga perlu terus digali. Metode retort, meskipun efektif, masih membutuhkan energi yang cukup besar. Penelitian dan pengembangan teknologi pengawetan yang lebih efisien dan berkelanjutan sangat penting untuk menunjang keberlanjutan UMKM produk makanan olahan.
Secara keseluruhan, pelatihan retort yang diselenggarakan oleh MPM PDM Kota Semarang merupakan langkah positif dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan UMKM. Dengan dukungan teknologi dan pelatihan yang tepat, UMKM di Indonesia dapat meningkatkan daya saing dan berkontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional.
Inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi menjadi kunci keberhasilan UMKM di era modern. Pemanfaatan teknologi pengawetan modern seperti retort, dipadukan dengan strategi pemasaran yang efektif, akan membuka jalan bagi UMKM untuk mencapai potensi maksimalnya.
Selain itu, penting bagi UMKM untuk memperhatikan aspek keamanan pangan dan standar mutu produk agar konsumen merasa percaya dan nyaman mengonsumsi produknya. Hal ini akan membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap produk UMKM.
Diharapkan ke depannya, akan semakin banyak pelatihan dan pendampingan yang diberikan kepada UMKM agar mereka mampu bersaing di pasar global. Dengan demikian, UMKM dapat menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas.